Breaking News
recent

Lontong dan Ekonomi: Upaya Peningkatkan Pendapatan Dalam Mensejahterakan Masyarakat

Zawiyah News | Di Aceh Tamiang terdapat satu kampung yang salah satu penduduknya memiliki usaha lontong yaitu Desa Kampung Durian. Dikawasan tersebut beberapa warga setiap hari bekerja membuat lontong karena usaha lontong termasuk salah satu mata pencaharian warga desa tersebut. Lontong umumnya disajikan dengan sate, rujak, rendang atau gulai kambing. Lontong terbuat dari beras yang dibungkus dalam daun pisang dan dikukus di atas air mendidih selama beberapa jam. Lontong biasanya dibuat ketika menjelang 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri sebagai Hidangan Lebaran.

Permukaan luar lontong biasanya berwarna coklat atau hijau gelap, sementara dalamnya berwarna putih hal ini karena lontong dikukus dengan cara dibungkus oleh daun pisang. Lontong banyak ditemui diberbagai daerah di Indonesia sebagai makanan alternatif pengganti nasi. Meski dibuat dari beras, lontong memiliki aroma yang khas.Biasanya lontong sering dijumpai dipagi hari dan sore hari, Salah satu pemilik usaha lontong yaitu ibu yanti saat kami wawancarai ia mengatakan bahwa sejak tahun 90-an beliau sudah menjalankan usaha lontong tersebut dari yang harganya masih ratusan perak sekarang menjadi Rp 1000/batangnya.

Dahulu ia menjalankannya hanya bersama suaminya tetapi saat usahanya berkembang sekarang ia memiliki 6 karyawan yang terdiri dari 1 laki-laki dan 5 perempuan. Jam kerja yang diterapkan bu yanti juga sangat fleksibel. Hari-hari biasa karyawan mulai bekerja pada pukul 08.30-17.00 wib tetapi saat menyambut hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha maka mereka memulai pekerjaan dari pukul 08.00-selesai pemesanan. 

Banyak hal yang dilalui bu yanti dan suaminya dalam menjalankan usaha lontong tersebut, jatuh bangun yang dirasakannya tidak membuat bu yanti berhenti berusaha mengembangkan usahanya sehingga bisa seperti sekarang.  Perharinya bu yanti menghasilkan Rp 500.000-1.000.000 dari hasil usaha tersebut. Tetapi saat covid melanda ia kembali merasakan seperti awal membangun usaha. “Saat covid kemarin saya benar-benar merasakan kerugian, usaha saya seperti kembali dimulai dari nol lagi, kami benar-benar merasakan kerugian yang lumayan besar dikarenakan mahalnya harga beras dan daun pisang saat covid melanda, semua lontong yang kami produksi tidak terjual habis sehingga membuat lontong tersebut berjamur dan busuk karena tidak ada pembeli atau pesanan yang masuk,” ujarnya. Setiap harinya bu yanti menghabiskan 4-5 karung beras. “Setiap harinya saya dan karyawan saya saat membuat lontong menghabiskan 5 karung beras,” ujar bu yanti.

Bu yanti menjelaskan proses pembuatan lontong membutuhkan waktu yang lumayan lama. Mulai dari pembuatan daun pisang, kemudian memasukan beras dan memasak yang memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam. Untuk pemesanan lontong dapat dilakukan dengan cara datang langsung ketempat usaha atau bisa melalui pemesanan. “untuk lontong ini bisa dibeli langsung disini atau dipesan, target pasar saya juga biasanya para penjual lontong sayur, tukang sate atau dipesan oleh konsumen untuk acara-acara besar seperti Idul Fitri atau Idul Adha maka pemesanan lontong saya akan membludak,” Ucapnya. Lontong hasil usahanya juga dipasarkan sambil keluar kota contohnya Banda Aceh dengan pengantaran menggunakan mobil pick-up, bu yanti juga menjelaskan jika dipasarkan keluar kota maka lontong hanya bertahan untuk 2 hari karena Lontong yang diproduksi bu yanti tidak menggunakan boraks atau pengawet lainnya.

Saat penulis bertanya tentang asset apa saja yang sudah dihasilkan dari membangun usaha tersebut bu yanti menjawab, “asset yang sudah saya hasilkan dari usaha saya ini yaitu saya bisa merenovasi rumah, memberikan pendidikan yang layak untuk anak saya, mempunyai tanah, kendaraan untuk usaha yaitu mobil pick up, kendaraan untuk pemakaian pribadi seperti kendaraan bermotor, dan Alhamdulillah juga usaha saya bisa membantu warga disini untuk meningkatkan perekonomian mereka,” ujarnya.

Keunggulan dalam usaha lontong ini ialah banyak diminati oleh masyarakat yang sangat mudah diproduksi dan tidak terlalu mahal harganya untuk semua kalangan akan tetapi hasil keuntungannya dapat membantu perekonomian karyawannya. Kelemahan atau kendala yang sering bu yanti hadapi dari usaha tersebut adalah terkadang mahalnya harga beras, daun, serta kayu sehingga harga jual terkadang akan berubah. Pemasaran usaha lontong ini dapat dilakukan dirumah atau melalui pemesanan. Dikarenakan produksi lontong tersebut sangatlah mudah maka saingan penjualannya juga semakin bertambah.

Penulis yang merupakan mahasiswi KKNT-KS IAIN Langsa, menilai bahwa lontong yang produksi oleh bu yanti masih terbilang murah dibanding penjual lontong lainnya. Setiap hari besar seperti Idul Fitri Atau Idul Adha bu yanti hanya menaikan harga 500 perak perbatangnya yang harga normalnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.500/batang. Dan penulis juga berharap usaha UMKM Lontong di Desa Kampung Durian semakin sukses dan terus berkembang


Riska Amanda mahasiswi IAIN Langsa Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.