Breaking News
recent

Resiliensi Usaha Tahu Dalam Menghadapi Dampak Covid-19

Zawiyah News | Assalamualaikum, Wr.Wb...

Saya Cut Novita Sari, Mahasiswa Program Studi Manajemen Keuangan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Langsa. Saat ini saya sedang melaksanakan KKN-Tematik di kampung Seulalah, Kec. Langsa Lama, Kota Langsa. Kampung Seulalah merupakan daerah yang tidak jauh dari kawasan kota, banyaknya warga kampung seulalah yang membuka berbagai macam usaha salah satunya usaha pabrik tahu, tahu makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi.

Tahu adalah berupa padatan lunak yang dibuat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara pengendapan proteinnya (Rahayu,2012). Tahu berasal dari Tingkok, seperti halnya kecap, tauco,bakpau dan bakso. Nama “tahu” merupakan serapan dari bahasa Hokkian(tauhu) (hanzi,hayu piyin,doufu) yang berarti kedelai fermentasi. Tahu telah dikenal di Tingkok sejak zaman dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan disanti Han (Kastyanto, 1999).  Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan hanya selama 1 hari saja tanpa pengawet. Tahu terdiri dari berbagai jenis, yaitu tahu putih, tahu kuning, tahu sutra, tahu cina, tahu keras, dan tahu kori. Perbedaan dari berbagai jenis tahu tersebut ialah pada proses pengolahannya dan jenis penggumpal yang digunakan.

Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan dasar kacang-kacangan yang difermentasikan (Ulfa,2018). Tahu biasanya dianggap sebagai makanan vegetarian karena tidak mengandung daging, namun terkadang tahu juga dapat dibuat dengan menggunakan daging sapi atau ayam sebagai bahan tambahan. Tahu terdiri dari dua bagian utama, yaitu tahu kering dan tahu basah. Tahu kering biasanya terbuat dari tepung kacang-kacangan yang difermentasi dan kemudian dibakar atau digoreng. Sementara tahu basah terbuat dari tepung kacang-kacangan yang difermentasi yang kemudian dicampur dengan air, dan kemudian diolah dengan cara direbus atau dipanggang. Tahu merupakan makanan yang populer di beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, Cina, dan Jepang. Tahu seringkali dijadikan sebagai bahan dasar dalam berbagai masakan, seperti tahu goreng, tahu telur, dan tahu sumedang. Tahu juga dapat dikonsumsi dengan cara diiris dan dijadikan sebagai topping untuk nasi goreng atau mie goreng.

Selain itu, tahu juga merupakan sumber protein yang baik bagi vegetarian dan vegan, karena tahu terbuat dari bahan dasar kacang-kacangan yang kaya akan protein. Tahu juga mengandung beberapa nutrisi penting lainnya, seperti kalsium, zat besi, dan vitamin B complex. Tahu merupakan makanan yang mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional atau di toko-toko makanan, namun tahu juga dapat dibuat sendiri di rumah dengan menggunakan bahan dasar tepung kacang-kacangan dan mengikuti proses fermentasi yang tepat.

Bahan-bahan dasar pembuatan tahu antara lain kedelai, bahan penggumpal dan pewarna. Kedelai yang dipakai harus bermutu tinggi, utuh dan bersih dari segala kotoran. Senyawa penggumpal yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (CaSO4), asam cuka, dan biang tahu, sedangkan zat pewarna yang dianjurkan dipakai adalah kunyit (Prasetyo dkk, 2017). Tahap dalam pembuatan tahu antara lain merendam kedelai, mengupas, menggiling, menyaring, memasak, menggumpalkan, mencetak dan memotong. Tahu mengandung air 86 %, protein 8-12%, lemak 4-6% dan karbohidrat 1- 6% (Prasetyo dkk, 2017). Tahu juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, natrium; serta vitamin seperti kolin, vitamin B dan vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol.

Resiliensi merupakan kemampuan suatu usaha untuk mampu tetap bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan  dan untuk mengetahui individu dalam kembali pulihdari kondisi tekanan dan tetap beroperasi meskipun menghadapi kondisi yang sulit (McCubbin, 2001), seperti pandemi COVID-19. Menurut (Dewi dkk, 2004) resiliensi yaitu kemampuan individu beradaptasi ketika menghadapi kesulitan dan meminimalkan efek negatif yang dapat timbul dari kesulitan tersebut, Resiliensi yaitu kemampuan individu untuk merespon permasalahan yang datang dalam masyarakat dan permasalahan dapat datang dari mana saja (Wilding&Carnegie, 2011).Dari berbagai pengertian resiliensi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan tidak menyerah pada keadaan-keadaan yang sulit dalam hidupnya, serta berusaha untuk belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut dan kemudian bangkit darikeadaan tersebut sehingga menjadi lebih baik.

Covid-19 telah memiliki dampak yang sangat besar pada usaha di Indonesia. Beberapa dampak yang terjadi antara lain:

1. Penurunan permintaan: Banyak konsumen yang mengurangi belanja karena takut terkena virus atau karena merasa tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang non-esensial. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap produk dan jasa yang dijual oleh usaha-usaha di Indonesia.

2. Penurunan pendapatan: Penurunan permintaan tersebut menyebabkan penurunan pendapatan bagi para usaha. Banyak usaha yang mengalami kerugian akibat penurunan jumlah pelanggan atau mengalami penurunan harga jual produk.

3. Tutupnya usaha: Beberapa usaha di Indonesia terpaksa harus menutup usahanya sementara atau bahkan permanen karena tidak mampu bertahan dengan penurunan permintaan dan pendapatan yang terjadi akibat pandemi.

4. Perubahan cara beroperasi: Banyak usaha yang harus mengubah cara beroperasinya untuk tetap bisa bersaing dan terus berjalan. Misalnya dengan menawarkan layanan pengiriman atau menyediakan layanan online.

5. Pemutusan hubungan kerja: Banyak usaha yang terpaksa harus memecat atau mengurangi jumlah pegawainya karena tidak mampu membayar gaji yang sebelumnya telah ditetapkan. Ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia meningkat selama pandemi.

Dampak-dampak tersebut tentunya sangat merugikan bagi para usaha di Indonesia. Namun, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi dampak tersebut, seperti program bantuan keuangan bagi usaha kecil dan menengah, penundaan pembayaran cicilan kredit, dan lain-lain

Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020 telah memiliki dampak yang luas terhadap berbagai sektor ekonomi di seluruh dunia (Erni Panca Kurniasih, 2020), termasuk juga industri tahu. Selama pandemi, banyak usaha tahu mengalami penurunan permintaan dan terdampak oleh peraturan pemerintah yang diberlakukan untuk mengontrol penyebaran virus, seperti pembatasan sosial dan kegiatan ekonomi. Untuk menghadapi pandemi COVID-19, usaha tahu perlu memiliki strategi yang efektif untuk bertahan dan tetap beroperasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan sistem produksi dan distribusi agar tetap efisien meskipun terdapat pembatasan yang diberlakukan. Selain itu, usaha tahu juga perlu mempertimbangkan alternatif kanal distribusi, seperti penjualan online, untuk tetap dapat menjangkau pelanggan. Resiliensi usaha tahu juga bisa dicapai dengan melakukan diversifikasi produk dan mengembangkan pasar baru. Dengan demikian, usaha tahu tidak terlalu tergantung pada satu jenis produk atau pasar tertentu, sehingga dapat meminimalkan risiko yang terjadi saat terjadi krisis.

Pandemi COVID-19 dan tindakan untuk mencegah penyebarannya menimbulkan kontraksi ekonomi dunia yang parah. International Monetary Fund memproyeksikan bahwa ekonomi global akan menyusut sekitar 4,4 persen pada tahun 2020 (fiskal.kemenkeu go.id). Krisis berdampak covid-19 tidak hanya berpengaruh terhadap ekonomi dunia namun juga berpengaruh terhadap usaha-usaha kecil yang dibangun oleh masyarakat. Salah satunya usaha tahu yang beralamat di Gampong Seulalah, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa ,Provinsi Aceh.

Salah satu pengelolah indusri tahu yang saya wawancara yaitu usaha milik bapak Boy Badiguna atau sering disapa pak Boy mengalami penjualan tahu yang buruk. Pak Boy adalah salah satu pengrajin tahu yang berusia 40 tahun. Pabrik Industri tahu yang awalnya dirintis sendiri kini sudah memilki empat karyawan yang ditempatkan di beberapa tahapan produksi mulai dari menggiling kedelai, memasak, mencetak, menggoreng sampai mengemas kedalam kemasan palstik. Awalnya hanya memperoduksi beberapa kilogram kedelai kini telah mencapai puluhan kilogram hingga ratusan kilogram untuk sekali produksi. Usaha tahu yang sudah berdiri sejak tahun 2005 tidak pernah mengalami penurunan penjualan yang cukup parah selama ini, tapi sejak datang nya Covid-19 usaha milik pak boy terus mengalami penuruan penjualan yang mengakibatkan kerugian yang banyak ditanggung oleh beliau bahkan pak boy harus sampai memulangkan karyawannya dikarena kondisi penjualan yang buruk sehingga pak boy tidak sanggup lagi untuk membayar gaji karyawannya. Tapi kini, perkembangan usaha tahu milik Pak Boy berangsur membaik karena sudah adanya kembali peningkatan penjualan seperti sediakala, kini sudah bisa menambah karyawan lima sampai enam orang karena penjualan yang terus meningkat. Hal ini sekaligus memberi dampak baik untuk lingkungan sekitar Pak Boy karena dapat menyerap tenaga kerja yang membutuhkan penghasilan, serta bisa memberikan inspirasi bagi warga lainnya. 

Pandemi Covid-19 mengajarkan kita supaya lebih giat dan sabar dalam berusaha, menyadari betapa susahnya pada masa pandemi covid-19. Masyarakat yang secara tidak langsung menjadi masyarakat yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi suatu kondisi yang tetap mengharuskan ada dirumah tapi masih bisa berkerja dan mendapatkan penghasilan.  


Sekian Artikel saya,Cut Novita Sari Terima Kasih

Wassalamualaikum, Wr,Wb.

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.