Breaking News
recent

Meniti Karier: Ragam Kisah Sukses Mahasiswa KPI yang Berhasil Membangun Usaha di Bidang Camilan

Hasil produk dari usaha Khairani Zuhra. Foto: (istimewa).
Masih jadi mahasiswa tapi udah bisa menghasilkan uang? Lihatlah para mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa. Alih-alih menghabiskan uang untuk membeli kuota namun, Khairani Zuhra atau biasa disapa Rani (20) ini justru memanfaatkan sosial media untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Mahasiswa semester 4 IAIN Langsa Prodi KPI ini mulai merintis usaha dessert berbekalkan ilmu yang didapat melalui tutorial di youtube.

”Iseng belajar resep dari youtube buat tambah-tambah uang jajan, eh ngeliat peluangnya besar bikin Rani semangat dan serius ngejalanin usaha ini,” ujar Rani optimis, Sabtu (1/6/2023).

Melihat kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil saat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Rani mencoba peruntungannya dengan berjualan dessert yang sedang viral pada saat pandemi melanda wilayah Indonesia 2 tahun silam.

”Pertama kali jualan pada 15 September 2021, pas mau masuk kuliah kan ngeliat ekonomi keluarga lagi memburuk, apalagi itu pas pandemi covid,” ujar Rani. 

Dessert merupakan makanan penutup dengan cita rasa manis yang disukai banyak orang, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Awalnya Rani hanya menjual dessert dengan 6 varian rasa melalui sosial media, Instagram. Namun, seiring perkembangan waktu dan banyaknya inovasi kini Rani mampu menjual 13 jenis varian rasa dessert.

Hingga sekarang, akun instagram @dessertcastell yang memiliki lebih dari 4.000 pengikut ini tak hanya sekadar menjual variasi dessert tetapi juga menjual berbagai macam makanan manis lainnya, seperti fluffy cake, puding caramel, puding brownies, panacotta, coffe born, mudcookies, risolmayo, fudgybrownies, buko melon dan buko strawberry, serta mile crepes yang dijual mulai dari harga Rp 6000 hingga 120.000.

Tak tanggung-tanggung, omzet yang diperoleh Rani dari hasil penjualan dessert ini dalam satu bulan mencapai puluhan juta rupiah.

”Omzetnya bisa 15-20 jutaan karena dalam sehari bisa laku paling dikit 500-san bahkan bisa 2 jutaan juga perharinya,” Kata Rani sambil tersenyum lebar. 

Saat ada event-event tertentu atau memasuki hari besar seperti meugang dan Idul Fitri, omzet yang diraup Rani bisa mencapai jutaan rupiah perharinya.

”Kalo ada event atau hari besar lumayan bisa 2 jutaan lebih di hari itu aja, misal meungang atau mau masuk Idul Fitri atau hari-hari besar lainya, ” Kata Rani semangat. 

Selain Rani, Yusnaini (20) atau biasa disapa Yus yang juga merupakan mahasiswa IAIN Langsa  semester 4 prodi KPI ini juga menggunakan sosial media untuk mencari pundi-pundi rupiah. Meski tak memiliki keahlian dibidang pembuatan kue, tak menyurutkan semangat Yus dan kedua kakaknya untuk tetap berjualan dan menghasilkan uang.

”Kami bertiga tidak memiliki background dibidang kue, hanya saja keadaan yang melatih dengan sendirinya,” ujar Yus. 

Usaha ini awalnya dirintis oleh kakak tertua Yus pada 2016 lalu dan sudah berdiri selama kurang lebih 6 tahun. Hal ini membuat usaha yang digeluti Yus dan kakaknya berkembang pesat. Adapun kue best seller yang dijual Yus yaitu mochi mangrove yang diproduksi setiap hari. Selain itu terdapat jenis-jenis kue lain seperti kulphi choco, cake, kue tar, dan tumpeng.

Dari hasil penjualan tersebut Yus bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah perbulannya. Apalagi jika memasuki hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri maka Yus bisa menghasilkan uang hingga 5 juta rupiah perhari.

”Dihari raya dan dihari-hari besar lainnya seperti hari PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) , hari Ibu, hari Ayah, hari-hari besarlah yang meningkatnya omzet, bisa mencapai 5 jutaan, dan di hari biasa sekitar 5 ratusan,” ujar Yus optimis. 

Berbeda dengan Rani yang memulai bisnis berkat menonton resep di youtube, juga Yus yang bergabung dan mengembangkan bisnis keluarga, Rajul (23) memiliki usaha yang terinspirasi dari mata kuliah Interprenur. Rajul merupakan sarjana sosial yang mengambil jurusan KPI di IAIN Langsa, kini memilih melanjutkan usaha camilan yang bermula dari mata kuliah interprenur.

”Jadi benar usaha ini awalnya karena ada mata kuliah interprenur,” kata Rajul semangat. 

Riwang atau keripik bawang merupakan ide yang muncul saat Rajul dan teman-temannya mengambil mata kuliah interprenur yang beranggotakan 5 orang dalam satu kelompok dan mengharuskan mereka membuat satu produk untuk dijual. Namun, setelah satu semester berjalan kelompok riwang terpecah dan diambil alih oleh Rajul.

”Kan satu semester itu 6 bulan lah kita bilang, habis itu orangnya pada bubar karena punya kesibukan masing-masing. Dari pada sayang abang ambil alih sampek sekarang,” ujar Rajul. 

Riwang atau keripik bawang yang dijual saat berkelompok memiliki banyak variasi rasa mulai dari original, balado,jagung manis, cokelat, dan BBQ. Namun kini, riwang yang dijual oleh Rajul hanya tersedia tiga rasa saja yaitu original, balado, dan jagung manis.

Tak hanya itu, harga riwang juga berbeda saat masih dikelola perkelompok dengan yang dikelola oleh Rajul saat ini.

”Kalo dulu masih di kelompok riwang dijual perkemasan dengan harga 10 ribu, nah kalo sekarang riwang yang abang jual itu per kilogram dengan harga 80 ribu,” ucap Rajul. 

Kini dalam sebulan Rajul bisa meraup omzet 2-3 juta perbulan dari hasil menjual riwang atau keripik bawang. Bahkan, jika hari besar tiba seperti hari raya Idul Fitri, omzet yang didapat bisa dua kali lipat yaitu kisaran 4,8 juta dalam sebulan.

Oleh: Rahmah Syafitri (Mantan Sekretaris Zawiyah News)

Editor: M. Iqbal

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.