Breaking News
recent

MELESTARIKAN BUDAYA DAN ADAT GAYO DENGAN PEMBUATAN ANYAMAN SENTONG, SUMPIT DAN TIKAR DI DESA TUALANG

Mahasiswa KKNMS Kelompok 15 Serbajadi berkontribusi dalam pembuatan kerajinan tangan khas Gayo (Foto:Siti Nurhalizah)


(Foto:Siti Nurhalizah)

Penulis : Dinda Mawaddah (Peserta KKNMS Kelompok 15)

Adat Gayo di Desa Tualang yang memiliki filososi dan citra budaya yang luar biasa uniknya yakni mengayam daun mengkuang, setiap yang melihat akan manjadi pelajaran berharga, dari setiap ayaman rajut perhelai melahirkan sumber daya alam yang menciptakan sebuah produk yang bernama Menayu, biasanya hasil Nayu ini dapat dijadikan sentong, sumpit dan tikar yang dapat manjadi rasa cinta budaya, dalam proses menayu membutuhkan kesabaran dan ketelitian di setiap rajutan, dan menambah wawasan yang begitu luas dan dapat dijadikan sebuah produk tradisional yang bernilai jual.

Para Masiswa/i Kuliah Kerja Nyata Melayu Serumpun (KKNMS) V kelompok 15 Desa Tualang sangat beruntung dapat turut berkontribusi dan melestarikan kerajinan tangan khas Gayo, melalui kegiatan ini Mahasiswa/i KKNMS V kelompok 15 Desa Tualang membantu para pengrajin memproduksi sentong, sumpit dan tikar yang terbuat dari daun mengkuang. Daun mengkuang itu sendiri sebelum dirajut telah melalui berbagai macam proses, mulai dari perendemanan,penjemuran hingga penghalusan dan jadilah bahan mentah untuk menayu, dalam kegiatan ini dapat menghidupkan kembali minat masyarakat terhadap produk-produk lokal. selain itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat Desa Tualang.

Dalam proses pembuatan sentong,sumpit dan tikar harus melalui berbagai macam tahapan yang sulit, mulai dari kesulitan mencari bahan baku hingga teknik menayu yang rumit.dalam kesulitan ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang sangat berharga, melalui pengalaman ini dapat belajar menjadi lebih sabar, tekun dan menghargai hasil karya orang lain.

Pada kegiatan ini telah berlangsung selama 20 tahun lamanya, yang dipandu oleh tiga orang yakni ibu Mia, ibu Nurlela, dan ibu kaspira, Bagaikan tiga serangkai satu-satunya pendiri nayu di Desa Tualang. Pada hasil menayu ini banyak Masyarakat-masyarakat dari segala penjuru baik di Desa Tualang itu sendiri bahkan juga sampai keluar Desa Tualang, karna proses Menayu itu yang terlalu lama maka dari itu banyak masyarakat lebih memilih memesan dari pada memprosesnya sendiri karna juga dengan harganya yang terjangkau.

Seiring dengan perkembangannya zaman sangat disayangkan hasil nayu yang diproduksi oleh tiga serangkai Penayu ini tidak diperkenalkan dalam sosial media, padahal hasil menayu ini memiliki potensi dan keunikan yang luar biasa dan juga memiliki warna yang sangat ciri khas yakni warna yang sangat identik dengan adat Gayo seperti warna cokelat susu (Coksu), ungu, hijau, pink dan biru tua, dan biasa nya dalam pembuatan sentong, sumpit dan tikar hanya dipadu dengan dua warna saja dan begitu lah uniknya hasil produk pembuatan sentong, sumpit dan tikar yang sangat pantas diperkenalkan hingga ke ajang nasional.

Dalam kegiatan Menayu ini telah mengubah cara pandang Mahasiswa/i KKNMS V kelompok 15 Desa Tualang terhadap kerajinan tangan tradisional,ahasiswa KKNMS V Desa Tualang telah menyadari bahwa setiap produk kerajinan tangan memiliki nilai seni dan budaya yang sangat tinggi. Dan Mahasiswa/I KKNMS kelompok 15 desa tualang merasa terpanggil untuk ikut serta melestarikan warisan budaya bangsa adat Gayo, dalam kegiatan ini juga mengajarkan pentingnya bekerja sama dengan masyarakat dan menghargai keberagaman budaya.

(Rilis)

Editor : Widya Dwi Putri 

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.