Breaking News
recent

Menggali Pengalaman Mahasiswi KKN dalam Pemberdayaan Perempuan Desa melalui Rewang: Sebuah Refleksi








Penulis : Qoriah Syakinah (Peserta KKNMS Kelompok 15)

Pendahuluan

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang menjadi bagian integral dari pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia. Melalui KKN, mahasiswa diharapkan tidak hanya menerapkan ilmu yang telah mereka peroleh di bangku kuliah, tetapi juga turut serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang masih mengalami keterbatasan akses terhadap sumber daya pendidikan, ekonomi, dan sosial. Dalam konteks ini, pengalaman Mahasiswi KKN yang terlibat dalam kegiatan rewang bersama ibu-ibu di desa terpencil menjadi kajian yang menarik untuk dieksplorasi, terutama dalam hal bagaimana kegiatan ini dapat berperan sebagai sarana pemberdayaan perempuan desa. 

Beberapa foto kegiatan Mahasiswi KKN dalam mengikuti kegiatan rewang yang di adakan di gampong Tualang 

Mahasiswi KKNMS Kelompok 15 Serbajadi ikuti rewang di Desa Tualang (Foto:Siti Nurhalizah)


Mahasiswi KKNMS Kelompok 15 bersama ibu ibu Desa Tualang (Foto:Siti Nurhalizah)

Konteks Kegiatan Rewang dalam Pemberdayaan Perempuan Desa

Rewang, sebagai bagian dari budaya gotong royong di banyak desa di Indonesia, memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam membangun kohesi sosial dan memperkuat jaringan komunitas. Dalam kegiatan rewang, perempuan desa berkumpul untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga atau persiapan acara-acara besar, seperti pernikahan, khitanan, dan acara adat lainnya. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul, tetapi juga menjadi media bagi para perempuan untuk saling berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman hidup.

Bagi Mahasiswi KKN, keterlibatan dalam kegiatan rewang ini membuka ruang untuk lebih memahami dinamika sosial dan peran perempuan di desa. Dalam prosesnya, mereka tidak hanya belajar tentang tradisi lokal, tetapi juga melihat bagaimana perempuan desa mengorganisir diri, saling mendukung, dan menghadapi tantangan hidup dengan kebersamaan. Kegiatan ini, dengan demikian, menjadi pintu masuk bagi Mahasiswi untuk berkontribusi dalam upaya pemberdayaan perempuan melalui pendekatan yang lebih humanis dan partisipatif.

Refleksi Pengalaman: Pembelajaran dan Tantangan

Pengalaman terlibat dalam rewang memberikan sejumlah pembelajaran penting bagi mahasiswi KKN. Pertama, mereka belajar tentang pentingnya komunikasi dan adaptasi budaya. Berinteraksi dengan perempuan desa yang memiliki latar belakang dan cara pandang yang berbeda membutuhkan kesabaran, keterbukaan, dan kemampuan untuk mendengarkan. Di sini, mahasiswi belajar untuk tidak hanya menjadi fasilitator yang mengarahkan, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas yang mereka layani.

Kedua, keterlibatan dalam rewang memungkinkan mahasiswi untuk mengenali potensi-potensi lokal yang dapat dikembangkan sebagai sumber daya pemberdayaan. Sebagai contoh, dalam beberapa kesempatan, mahasiswi dapat mengidentifikasi keterampilan tertentu yang dimiliki oleh perempuan desa, seperti kerajinan tangan, yang dapat dikembangkan menjadi produk bernilai ekonomi. Dengan demikian, rewang bukan hanya menjadi ajang sosial, tetapi juga wadah untuk memulai inisiatif-inisiatif ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan desa.

Namun, tantangan juga tidak dapat diabaikan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan pengetahuan dan teknologi antara mahasiswi dan perempuan desa. Mahasiswi KKN sering kali datang dengan pengetahuan akademis yang mungkin belum sepenuhnya relevan dengan konteks lokal. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih kontekstual dan praktis agar program pemberdayaan yang dilakukan dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik oleh perempuan desa.

Pemberdayaan Perempuan melalui Rewang: Sebuah Langkah Nyata

Berdasarkan pengalaman selama KKN, pemberdayaan perempuan desa melalui rewang dapat dilakukan dengan beberapa langkah strategis.

Pertama, perlu adanya upaya untuk mengintegrasikan kegiatan rewang dengan pelatihan-pelatihan keterampilan yang relevan, seperti manajemen usaha kecil, kesehatan keluarga, dan pendidikan anak. Ini akan memberikan nilai tambah bagi kegiatan rewang yang sudah ada, sekaligus membuka peluang bagi perempuan desa untuk meningkatkan kapasitas diri mereka.

Kedua, penting untuk membangun jejaring antara perempuan desa dengan pihak-pihak lain, seperti pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan sektor swasta, yang dapat mendukung upaya pemberdayaan tersebut. Jejaring ini dapat berperan dalam menyediakan akses terhadap sumber daya, pendanaan, dan pasar yang lebih luas, sehingga inisiatif yang lahir dari kegiatan rewang dapat berkelanjutan.

Ketiga, Mahasiswi KKN juga perlu menjadi fasilitator dalam proses refleksi bersama dengan perempuan desa. Dengan melakukan refleksi, perempuan desa dapat mengenali kekuatan dan kelemahan mereka, serta merumuskan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Proses refleksi ini juga penting untuk memastikan bahwa program-program pemberdayaan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi perempuan desa.

Kesimpulan

Pengalaman Mahasiswi KKN dalam kegiatan rewang merupakan kesempatan berharga untuk belajar, berbagi, dan memberdayakan. Melalui rewang, mahasiswi tidak hanya melihat realitas kehidupan perempuan desa, tetapi juga berperan dalam menciptakan perubahan yang berarti. Meskipun ada tantangan yang dihadapi, dengan pendekatan yang tepat, kegiatan rewang dapat menjadi sarana yang efektif untuk memberdayakan perempuan desa, sekaligus memperkaya pengalaman dan pemahaman mahasiswi tentang makna pengabdian kepada masyarakat. Refleksi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi program-program KKN di masa mendatang, yang lebih menekankan pada pemberdayaan berbasis partisipasi dan kearifan lokal.

(Rilis)

Editor : Widya Dwi Putri 

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.