Pemandangan ladang tanaman pinang Desa Tualang. (Foto:Sonia) |
Penulis : Sonia (Peserta KKNMS Kelompok 15)
Gampong Tualang, sebuah desa di kecamatan Serbajadi, Aceh Timur, dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Pemandangan hijau dari perbukitan yang dikelilingi oleh pepohonan rindang dan ladang tanaman tampak memanjakan mata. Di sepanjang jalan raya, terlihat indahnya persawahan dan suburnya pohon pinang yang menghiasi pemandangan.
Desa ini dihuni oleh 132 kepala keluarga yang mayoritasnya berprofesi sebagai Petani, terutama petani buah pinang. Pohon pinang (Areca catechu) memiliki daun yang menyerupai pelepah kelapa dengan buah berbentuk bulat kecil yang berubah warna dari hijau, kuning, hingga coklat seiring kematangannya.
Menanam pinang memerlukan perhatian dan perawatan yang cermat agar bisa tumbuh optimal dan menghasilkan buah berkualitas. Proses ini dimulai dengan menanam biji pinang yang bertunas, memindahkan bibit setengah tinggi, menanamnya kembali di lahan sesuai selera petani, hingga akhirnya memanen buah saat pohon sudah besar. Buah pinang yang telah dipanen kemudian dijemur dan dikeringkan agar mudah dibelah dan diambil isinya.
Biji pinang Desa Tualang. (Foto:Sonia) |
Biji pinang memiliki kandungan antibakteri dan antivirus yang bermanfaat. Oleh karena itu, biji pinang sering digunakan dalam ramuan tradisional untuk mengobati penyakit seperti disentri, diare berdarah, dan kudis. Selain itu, biji pinang juga digunakan sebagai campuran dalam mengunyah sirih, sebagai pewarna merah alami, serta sebagai bahan penyamak.
Namun, di balik melimpahnya hasil panen pinang, para petani di Gampong Tualang menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah fluktuasi harga pinang di pasaran. Harga yang tidak stabil sering kali membuat pendapatan petani menjadi tidak menentu.
Ibu Mursitah salah satu petani pinang, di Desa Tualang. (Foto: Yusnaini) |
Ibu Mursitah, salah satu petani pinang di Gampong Tualang, mengungkapkan bahwa “Harga pinang di sini 1 kg cuma Rp. 3000, apalagi pinang lagi banjir. Itupun kadang-kadang kalau pinang tidak terlalu kering tidak mau dibeli atau dibeli dengan harga yang murah sama penampung pinang.” ujarnya. Pinang yang banjir maka harga turun drastis, miris pendapatan petani pinang di Gampong Tualang jadi tidak menentu.
Di satu sisi Ibu Mursitah mengatakan “Ya .., mau gimana lagi inilah yang bisa kami kerjakan walaupun harganya murah” ucapnya. Meski begitu, Ibu Mursitah tetap bersyukur dengan apa yang mereka miliki dan terus bersemangat menjalani pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Para petani pinang berharap agar harga kembali stabil sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan lebih layak. Mereka juga berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap petani pinang dengan menetapkan harga jual yang menguntungkan. Dengan dukungan yang tepat, masa depan yang lebih cerah dan sejahtera bagi para petani pinang di Gampong Tualang bukanlah mimpi yang jauh dari kenyataan.
Editor : Widya Dwi Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar