![]() |
(Doc. Nabila) Foto Prof. Dr. Mohd. Nasir, MA Guru Besar Bidang Ilmu Pemikiran Pendidikan Islam Bersama keluarga Di Gedung Auditorium IAIN langsa. Senin (26/05/2025). |
Langsa, Zawiyah News- Pesona dayah tidak pernah luntur dari diri Mohd. Nasir, meski banyak penelitian lain yang telah dia dilakukan, namun posisi dayah dalam kacamata intelektuan Nasir masih menjadi yang utama.
“ Lembaga Dayah itu unik, kita
seperti mengupas kulit bawang ketika mengkaji dayah, setiap lapisannya
menawarkan fenomena ilmiah yang tidak pernah habis untuk dikaji,” ujar Mohd,
Nasir Dosen pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa beberapa
waktu lalu dalam sebuah perbincangan disela-sela diskusi mingguan Samadiyah Metodologi
penelitian (SMP) yang berlangsung di café Orator, Kota Langsa.
Ketertarikan Nasir menekuni
dayah bermula ketika perjumpaan tidak sengajanya dengan beberapa alumni dayah tradisional yang melanjutkan pendidikan Magister
pada Pasca sarjana IAIN Langsa.
“Mereka tampak sangat aktif dalam proses
perkulihan serta sangat potensial dan menonjol dibanding rekan-rekanya yang
lain walaupun mereka alumni dayah
tradisional yang nota bene dianggap menolak perubahan serta sangat patuh pada
nilai-nilai tradisional”, ujar Nasir.
Semangat menuntut ilmu para
alumni dayah yang merupakan manisfestasi dari amanah guree yaitu beut semeubet itu sangat
terlihat,” mereka benar-benar melaksanakan amanah tersebut kiban khen
tengku” , ungkap Nasir, pesona inilah yang membawanya tengelam dalam
penelitian dayah.
Ketekunan Nasir menyelami lembaga
dayah sebagai sebuah lembaga pendidikan tertua di Aceh ini telah mengantarkannya
menjadi Guru Besar Pemikiran
Pendidikan Islam pada Institut Agama Islam (IAIN) Langsa, pengukuhan dilakukan
di aula terpadu kampus IAIN Langsa,Meurandeh. Senin (26/05/2025).
Berbagai hasil penelitian
Nasir telah diterbitkan di berbagai jurnal terkemuka di dunia, salah satu tulisannya
dengan judul “Revolutionizing Teungku Dayah learning model: exploring the
transformative impact of technological advancements on Islamic education in
Aceh” yang dimuat di jurnal internasional Cogent Education.
Dalam
orasinya saat acara pengukuhan Guru Besarnya itu dengan judul “Ideologi
Pendidikan Dayah di Aceh”, Nasir mengatakan pendidikan dayah di Aceh
dapat dibagi menjadi tiga ideologi, yaitu Konservatif, Rasional dan Pragmatis,
tipologi ini menurutnya berangkat dari pemahaman perbedaan peran dari tujuan
yang dimotori oleh seperangkat aturan/nilai yang diyakini
kebenarannya dan dijadikan sebagai landasan bagi proses pendidikan dalam rangka
mencapai tujuan, pola
pembelajaran, & target pencapaian yang berbeda antara satu dayah dengan dayah
lainnya.
Nasir mengatakan pemahaman secara komprehensif tentang ideologi pendidikan dayah
ini memberikan kerangka dasar pemahaman bagi pengambil kebijakan, pelaku serta
stakeholder tentang lembaga pendidikan dayah secara integral dan berkelanjutan.
Sehingga kebijakan yang lahir terkait dayah
nantinya tidak lagi bersifat yang tidak
populis, namun bagaimana menempatkan dayah sebagai salah satu sentral lembaga
pendidikan yang mencetak generasi muda Aceh yang lebih bermartabat dan
berdaulat.
Pada
bagian lain Nasir mengatakan kendati demikian lembaga pendidikan tidak secara
eksplisit mencantumkan ideologi pendidikannya dalam format kelembagaan, “Bahkan
ada yang tidak menyadari kalau ia dapat terkategori dalam suatu ideologi
tertentu,” ujar Nasir.
Menurut
Nasir ideologi pendidikan, dapat diketahui melalui hidden
curriculum sebuah lembaga, yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang
secara implisit, tapi efektif diajarkan sekolah kepada siswa, tidak dicantumkan
di dalam tujuan guru mengajar, tapi tercermin dalam berbagai aktivitas
ektrakurikuler yang lebih bersifat kultural.
Lebih jauh lagi Nasir mengatakan pendidikan
berperan melegitimasi bahkan melanggengkan sistem serta struktur sosial yang
ada/status quo; namun pada sisi lain proses pendidikan justru berperan sebaliknya,
membangun atau merubah tatanan sosial menuju bentuk lainnya sesuai kebutuhan masyarakat &
perkembangan zaman.
Lapisan demi lapisan lembaran khasanah tentang dayah masih banyak yang harus di ungkap Nasir,seperti yang dikatakannya saat pengukuhan pencapaian Guru Besar hanyalah lanjutan & konsekuensi dari sebuah tekad kuat yang terus diistiqamahkan dalam berbagai lini aspek kehidupan, tentunya tekad itu akan terus melahirkan berbagai karya lain tentang dayah yang layak kita tunggu, Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar