Langsa, Zawiyah News- Ideologi pendidikan pada suatu lembaga pendidikan akan berimplikasi terhadap proses belajar mengajar, baik itu tujuan pendidikan, peserta didik, metode, kurikulum, bahkan manajemen kelembagaan.
Ideologi pendidikan akan menjadi pendorong dan penentu terwujudnya prilaku dan sikap yang muncul dalam dunia pendidikan termasuk pendidikan di dayah, lembaga pendidikan tertua di Aceh yang terus eksis sampai saat ini.
Hal inilah yang menjadi topik utama orasi ilmiah “Ideologi Pendidikan Dayah di Aceh” yang disampaikan Prof.Dr. Mohd Nasir.MA saat di kukuhkan menjadi Guru Besar Pemikiran Pendidikan Islam pada Institut Agama Islam (IAIN) Langsa, pengukuhan dilakukan di aula terpadu kampus IAIN Langsa,Meurandeh, Senin (26/05/2025).
Nasir mengatakan pendidikan dayah di Aceh dapat dibagi menjadi tiga ideologi, yaitu Konservatif, Rasional dan Pragmatis, tipologi ini menurutnya berangkat dari pemahaman perbedaan peran dari tujuan yang dimotori oleh seperangkat aturan/nilai yang diyakini kebenarannya dan dijadikan sebagai landasan bagi proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan, pola pembelajaran, & target pencapaian yang berbeda antara satu dayah dengan dayah lainnya.
Nasir mengatakan pemahaman secara komprehensif tentang ideologi pendidikan dayah ini memberikan kerangka dasar pemahaman bagi pengambil kebijakan, pelaku serta stakeholder tentang lembaga pendidikan dayah secara integral dan berkelanjutan.
Sehingga kebijakan yang lahir terkait dayah nantinya tidak lagi bersifat yang tidak populis, namun bagaimana menempatkan dayah sebagai salah satu sentral lembaga pendidikan yang mencetak generasi muda Aceh yang lebih bermartabat dan berdaulat.
Pada bagian lain Nasir mengatakan kendati demikian lembaga pendidikan tidak secara eksplisit mencantumkan ideologi pendidikannya dalam format kelembagaan, “Bahkan ada yang tidak menyadari kalau ia dapat terkategori dalam suatu ideologi tertentu,” ujar Nasir.
Menurut Nasir ideologi pendidikan, dapat diketahui melalui hidden curriculum sebuah lembaga, yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang secara implisit, tapi efektif diajarkan sekolah kepada siswa, tidak dicantumkan di dalam tujuan guru mengajar, tapi tercermin dalam berbagai aktivitas ektrakurikuler yang lebih bersifat kultural.
Lebih jauh lagi Nasir mengatakan pendidikan berperan melegitimasi bahkan melanggengkan sistem serta struktur sosial yang ada/status quo; namun pada sisi lain proses pendidikan justru berperan sebaliknya, membangun atau merubah tatanan sosial menuju bentuk lainnya sesuai kebutuhan masyarakat & perkembangan zaman.
Mohd.Nasir merupakan guru besar
dalam bidang Pemikiran Pendidikan Islam , ia lahir di Tanjung Morawa, 18
Desember 1977, dari pasangan H. Usman Puteh dan Hj. Hayati, Nasir kuliah S-1 Jur. Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah
IAIN-SU Medan selesai pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan S-2 pada
Pascasarjana IAIN-SU Medan dan selesai tahun 2003, dan S-3 di selesaikan di
kampus yang sama pada tahun 2014.
Mengawali karir sebagai guru di
Madrasah Idtidaiyah Negeri (MIN) Sukarejo , Kota Langsa, tahun 2006, kemudian
pindah dan menjadi Sekretaris Jurusan Tarbiyah STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa,
sebelum akhirnya di percaya menduduki jabatan penting sebagai Wakil Rektor
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan tahun 2019.
Nasir di kukuhkan menjadi Guru Besar
ke - 5 , sebelumnya pada tempat yang sama IAIN Langsa juga mengukuhkan Prof.Dr
Basri, MA sebagai guru besar ke -4 dalam bidang ilmu Pendidikan Islam, sampai
saat ini IAIN Langsa telah memiliki 5 orang guru besar.
Editor: Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar