Breaking News
recent

Puasa Ramadan Pembentukan Karakter Positif Pribadi

 

Ilustrasi : Google
Essay Serba-Serbi-Semua agama di muka bumi ini termasuk agama Islam memiliki ajaran tentang ritual ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Seharusnya masyarakat mencermati bahwa ajaran ritual Ibadah tidak hanya sebatas beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga memiliki nilai pendidikan spiritual dan pendidikan karakter yang dapat dilakukan. dirasakan oleh orang yang mengelolanya. Begitu pula dengan puasa mengandung pendidikan karakter yang komprehensif. Puasa yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan mampu membentuk kemampuan kognitif, afektif, dan konatifnya. Kemampuan kognitif diwujudkan dalam pengetahuan dan cara berpikir menurut kaidah dan norma Islam. Kemudian, kemampuan afektif terwujud dalam pemahaman yang diajarkan sehingga masyarakat dapat mengelola emosi dan empati yang tinggi terhadap lingkungan. Terakhir, kemampuan konatif muncul dalam perilaku beramal yang menyenangkan dan menguntungkan bagi orang sekitar. Karakter ini hanya bisa dicapai jika pria tersebut melakukan puasa dengan sungguh-sungguh. 

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka pokok permasalahan dalam artikel ini adalah “Apa karakter positif yang terbentuk dalam puasa Ramadhan?”. Dari permasalahan pokok tersebut dapat digali beberapa pertanyaan seperti apa itu puasa, bagaimana puasa ramadhan membentuk karakter seseorang, apa nilai-nilai karakter yang dihasilkan dari puasa, oleh karena itu artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengertian tentang puasa. , Menemukan pengaruh puasa dalam pembentukan karakter seseorang dan menemukan nilai-nilai karakter positif yang terbentuk dari pelaksanaan puasa. 

Semua agama di muka bumi ini memiliki ajaran tentang puasa. Secara bahasa, puasa berarti melumpuhkan dan menghindarkan diri dari sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, ngomong-ngomong dan lain-lain. Dalam Islam, itu mengacu pada firman Allah dalam Surah Maryam ayat 26 dengan makna sebagai berikut: “Sesungguhnya, pantang berbicara telah aku bersumpah kepada Yang Maha Pemurah; karenanya, hari ini saya tidak boleh berbicara kepada makhluk fana mana pun. " (QS. Maryam: 26). Kata “berpuasa” dari ayat ini berarti diam, mencegah dan menahan diri untuk berbicara. Sedangkan puasa dalam bahasa sehari-hari berarti: menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa untuk jangka waktu tertentu dengan maksud untuk mengabdi kepada Allah.

Dalam Perspektif Agama, puasa merupakan salah satu cara untuk menyucikan jiwa dari sifat, watak dan tingkah laku yang buruk menjadi sifat, watak, dan tingkah laku yang baik. Hawa nafsu yang dapat membuat manusia menyimpang adalah kepuasan fisik baik berupa perut maupun kemaluan. Sedangkan puasa merupakan kebiasaan yang dapat mengontrol nafsu tersebut. 

Ada dua kategori puasa dalam Islam, yaitu puasa wajib dan puasa sukarela (sunnah). Puasa wajib harus dilakukan oleh umat Islam yang sudah dewasa dan sehat. Contohnya puasa Ramadhan. Sedangkan puasa sukarela bisa dilakukan oleh umat Islam di luar bulan Ramadhan. Puasa sukarela telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad selama hidupnya dan diikuti oleh umatnya. Contoh puasa sukarela adalah puasa 6 hari di bulan Syawal; berpuasa pada tanggal tertentu (9, 10) Muharram; berpuasa pada tanggal tertentu (9) Dzulhijjah; berpuasa pada tanggal tertentu (13, 14, 15) setiap bulan; berpuasa pada hari senin dan kamis; dan puasa Nabi (David AS) yang terdiri dari puasa satu hari dan satu hari buka puasa. 

Puasa Ramadhan dilakukan oleh umat Islam selama satu bulan Qomariah (berdasarkan siklus Bulan) dengan 29 atau 30 hari. Perhitungan dimulai dari akhir bulan Shaban (bulan 8) dan diakhiri dengan masuknya Syawah (Bulan 10). Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang istimewa menurut kepercayaan umat Islam. Dalam ayat-ayat Alquran dan Hadis, banyak teks yang membicarakan tentang keistimewaan Ramadhan. Misal, bulan yang dimulai dimulainya Alquran (QS 3: 185), Malam Kuasa sekarang lebih baik dari pada seribu bulan (al-QS Qodar ayat 1-5), bulan yang melipatgandakan pahala bagi ibadah, bulan kasih sayang dan maaf, dan lain-lain. 

Puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat Islam di tahun kedua setelah Hijrah (perpindahan) Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Jadi, kewajiban puasa Ramadhan dimulai saat umat Islam telah berada di Madinah. Nabi Muhammad wafat pada tahun ke 11 Hijrah. Dengan demikian, diketahui bahwa semasa hidupnya Nabi hanya memiliki waktu puasa Ramadhan sekitar sembilan kali. 

Kewajiban puasa di bulan Ramadhan bagi umat Islam didasarkan pada firman Allah SWT yang tertuang dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya sebagai berikut: “Hai kau yang sudah beriman! Puasa ditahbiskan bagimu seperti yang telah ditetapkan bagi mereka. sebelum Anda sehingga Anda tetap sadar akan Allah". Kemudian, berdasarkan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori memiliki arti sebagai berikut: Islam dibangun di atas lima dasar  bersaksi bahwa tidak ada Allah selain Allah,dan Muhammad adalah utusan Allah,berdoa, membayar zakat , Puasa Ramadhan dan Haji. 

Firman Allah SWT yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 dapat dipahami sebagai berikut: pertama, secara teologis orang yang dipanggil Allah untuk berpuasa adalah orang yang beriman. Frasa "ya-ayyuhalladjina amanu" dalam paragraf 183 di atas mengisyaratkan hal itu. Dengan demikian, orang yang tidak beriman tidak termasuk dalam kelompok tersebut. Kedua, secara hukum, puasa Ramadhan itu wajib. Ungkapan “kutiba alaikum Shiyyam” (mewajibkan Anda untuk berpuasa) menunjukkan kepastian puasa ini. Semua Muslim setuju tentang kewajiban untuk melakukan puasa Ramadhan. Ketiga, puasa secara historis memiliki sejarah yang sangat panjang. Frase “Kama kutiba a'lalladzina min qoblikum” (diharuskan sebelum Anda) menunjukkannya. Puasa memiliki putaran dan pergantian sejarah yang sangat panjang. Terakhir, secara manajemen, puasa memiliki tujuan konkrit yang membentuk orang untuk menahan diri. Ungkapan "la'allakum tattaqunmenolak" (agar kamu) dengan jelas menunjukkan hal ini. Dengan kata lain, tujuan utama puasa adalah membuat orang menahan diri. Menjadikan orang saleh bukan hanya target puasa tapi juga target semua jenis ibadah dalam Islam. Hal itu dapat dilihat dalam surat Al-Baqoroh ayat 21: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu, yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang benar.” 

Pendidikan Karakter memiliki beberapa arti. Secara etimologis, kata “karakter” berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti “mengukir” . Kata "mengukir" berarti mengukir, melukis, atau meletakkan. Sedangkan secara terminologi, karakter berarti “Karakter batiniah yang dapat diandalkan untuk merespon situasi secara moral”. Lebih lanjut dikatakannya bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral Knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behaviour) (perilaku moral). Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan beramal, dan beramal saleh. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata "karakter" diartikan sebagai kebiasaan, ciri psikologis, akhlak atau akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga dapat berarti huruf, angka, spasi, simbol khusus yang dapat muncul di layar dengan papan tombol (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Adapun karakternya adalah kepribadian, tingkah laku, dan tingkah laku. 

Dalam bahasa Arab, akhlak dikenal dengan istilah ""akhlaq, yaitu jama 'dari kata "khuluqun" yang secara linguistik diartikan sebagai temperamen, tingkah laku atau kebiasaan, tata krama, tata krama, dan tindakan. Ibnu Miskawai (w. 421 H / 1030 M) sebagai ulama terkemuka akhlaq menyatakan bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa ciri penting dari istilah akhlaq atau akhlak. Pertama, perbuatan yang telah tertanam kuat pada diri seseorang sehingga menjadi suatu kepribadian. Kedua, itu dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran sebelumnya. Ketiga, tindakan yang muncul dari dalam orang yang mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Itu murni karena kemauan, pilihan, dan keputusan. Keempat, dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sebagai lelucon atau akting. Terakhir, perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas, hanya karena Allah SWT, bukan karena orang tersebut ingin mendapat pujian. 

Memiliki karakter yang baik tidak bisa begitu saja didapat saat seseorang dilahirkan tetapi membutuhkan proses dan tahapan yang panjang dalam hidupnya. Salah satunya melalui pendidikan karakte. Pendidikan karakter merupakan penanaman nilai-nilai karakter kepada masyarakat di sekolah. Termasuk didalamnya adalah komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan sehingga mereka dapat mengimplementasikan nilai-nilai tersebut kepada Allah, diri sendiri, tetangga, lingkungan, atau bangsa untuk menjadi manusia yang sempurna. 

Pendidikan karakter juga mengacu pada nilai pendidikan karena nilai adalah karakter dalam tindakan atau nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan. Karakter juga disebut nilai operatif atau nilai yang diimplementasikan dalam tindakan (perilaku). Karakter terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan dan diyakini dapat digunakan sebagai landasan berpikir, berperilaku, dan bertindak. Keutamaan tersebut bersumber dari beberapa nilai yang diyakini sebagai kebenaran yang terwujud dalam hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan Allahnya, sesama manusia, lingkungan, manusia dan negara, dan dengan dirinya sendiri. Hubungan ini akan menyebabkan penilaian karakter seseorang. Oleh karena itu, pendidikan karakter berarti proses internalisasi, penyajian, penanaman, dan pengembangan nilai-nilai yang baik pada peserta didik. Dengan menginternalisasikan nilai-nilai baik pada peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang baik. Dalam pendidikan karakter, siswa tidak hanya diajari tentang mana yang benar atau salah tetapi mereka juga menumbuhkan kebiasaan baik itu sendiri, sehingga mereka mengerti, merasa, dan mau berbuat baik. Teladan dari pendidik juga penting dalam pembentukan karakter anak didik. Perlu diperhatikan bahwa pendidikan karakter yang optimal tidak dapat ditangani oleh satu pihak saja. Ini harus dilaksanakan secara menyeluruh oleh semua kalangan, mulai dari keluarga, komunitas, sekolah hingga pemerintah. 

Beribadah dalam Islam dekat dengan pembentukan akhlak atau akhlak. Kalimat Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi dalam Ayat 21: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu, yang menciptakan kamu dan orang-orang di hadapanmu, agar kamu menjadi orang yang benar." Dalam ayat ini, Allah SWT mengaitkan hubungan antara ibadah dan sikap berkomitmen. Takwa berarti menjalankan perintah Allah dan jauh dari larangannya.

terkait dengan perbuatan buruk. Demikianlah orang-orang saleh adalah mereka yang menjalankan Allahperintahdan menjauhi larangannya. Hal ini terkait dengan ajaran "amar ma'ruf nahi munkar", yaitu mengajak orang untuk berbuat baik dan menghindarkannya dari hal-hal yang buruk. Mereka yang saleh memiliki moralitas atau karakter yang baik. 

 

Penulis : Nazhiatul hiqmah Mahasiswa Penddikan Matematika IAIN Langsa

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.