Breaking News
recent

DOUBLE BURDEN MENJADI RESILIENSI PEREMPUAN TERHADAP DAMPAK EKONOMI KELUARGA DI MASA PANDEMI

Sumber : Badratun Navis

Zawiyah News | Masa pandemi 2 tahun terakhir ini sangat berdampak besar terhadap kelompok masyarakat perdesaan kalangan bawah yang mengakibatkan perekonomiannya tersendat terutama bagi kepala keluarga (suami), inong balee (janda mati) dan lain sebagainya. 


Dalam hal ini banyak kepala keluarga dan juga inong balee yang tidak lagi mempunyai pekerjaan disebabkan adanya pemberlakuan kebijakan pemerintah untuk mengurangi kegiatan diluar rumah seperti social distancing, physical distancing, PSBB serta PPKM. Imbasnya secara langsung mengalami kontraksi keluarga disebabkan meningkatnya pengangguran karena penurunan wilayah kegiatan mata pencaharian.


kebijakan pemerintah tersebut, menjadi perhatian besar terhadap pendapatan ekonomi keluarga yang hanya mengandalkan atau menggantungkan hidupnya pada pendapatan harian. Sebagian diantara mereka (kepala keluarga dan inong balee) yang bekerja di sektor buruh harian secara langsung atau tidak langsung dapat membahayakan perekonomian keluarga. Karena penghasilan yang di dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dikeluarkan setiap harinya.


Untuk itu, demi menjaga ketahanan ekonomi selama masa pandemi, selain kepala keluarga, perempuan pun (istri dan inong balee) ikut serta membantu suami nya bekerja untuk menambah sumber pendapatan ekonomi keluarga. Jika melihat latar belakang perempuan dari kalangan keluarga bawahan yang bekerja setiap harinya sebagai buruh harian, mereka sudah signitif jika membantu sang suami bekerja untuk tambahan pendapatan, begitu pula dengan inong balee yang sudah biasa bekerja demi kehidupan keluarganya karena tidak bergantung hidup pada siapapun selain diri nya sendiri. Hal ini sudah menjadi resiliensi perempuan dalam menghadapi keterpurukan yang terjadi apalagi dimasa pandemi sekarang ini.


Sebelum adanya masa pandemi saja peran dan pekerjaan perempuan sudah menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan laki-laki, terlebih lagi bagi IRT (Ibu Rumah Tangga) dan juga inong balee (janda mati). Selain menyelesaikan pekerjaan domestic Mereka juga bekerja sampingan demi tambahan pendapatan ekonomi keluarganya. Hal inilah yang disebut dengan double burden atau beban ganda pada perempuan.

Sumber : Badratun Navis


PERAN DOUBLE BURDEN PADA PEREMPUAN

Peran double burden pada perempuan sudah terjadi sangat lama di masyarakat sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dianggap normal. Pada dasarnya alasan yang mendorong perempuan bekerja sebagai buruh harian adalah untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sebab dimasa pandemi suami mereka sebagian besar hanya bekerja seadanya atau hanya terserap dalam sektor swasta yang berpenghasilan tidak menentu. Sehingga penghasilan suami tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Melihat kebijakan pemerintah diatas, menyebabkan perempuan harus ikut bekerja. Seperti perempuan IRT dan juga Inong Balee di Desa Seneubok Cantek Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang ini, sebagian perempuan di Desa ini bekerja sampingan setiap harinya sebagai buruh harian (Dapu arang) dan bertani.


Salah seorang ibu bernama Halimah membantu suaminya setiap hari bekerja di dapur arang mulai pukul 08.00 -12:00 siang. Hal ini di lakukan untuk mendapatkan upah demi menutupi kebutuhan keluarganya dirumah. “perempuan jika mengharapkan uang dari pekerjaan suami, kalau di masa pandemi sekarang ini tidak cukup, karna kebutuhan pokok dan juga pangan semuanya serba naik, belum lagi untuk pembiayaan anak sekolah, mengaji, dan lain sebagainya. Jadi Dengan kami bekerja seperti ini setidaknya tertutupilah sedikit kebutuhan keluarga” tuturnya.


Meskipun Bukan menjadi tugas utama bagi seorang perempuan atau ibu untuk bekerja atau mencari nafkah bagi keluarga. Namun jika inong balee mereka tetap bekerja setiap harinya. seperti halnya ibu hanifah yang bekerja bertani sawah untuk menompang hidupnya. Dengan adanya pekerjaan buruh harian di desa ini telah memberikan harapan bagi sebagian besar perempuan baik IRT atau Inong Balee demi menggantungkan hidupnya dari bekerja di dapur arang dan juga ladang sawah. “sebelum adanya masa pandemi, saya sudah terbiasa bekerja disini, karna disinilah satu – satunya harapan tempat saya mendapatkan upah demi keberlangsungan hidup. Terlebih lagi di masa pandemi, Semua mata pencaharian di desa ini sangat minim. sehingga saya harus bekerja sampingan lagi sepulang dari dapur arang ini yaitu pergi ke sawah”. Ujar ibu hanifah seorang inong balee yang sudah lama bekerja selama 15 tahun sebagai buruh harian.


Pada umumnya perempuan buruh yang bekerja di desa ini memiliki latar pendidikan yang rendah, mereka tidak memiliki keahlian khusus untuk mendapatkan pekerjaan yang lain. Sehingga buruh harian menjadi pilihan mereka untuk bekerja.


Sebagai perempuan buruh harian yang berstatus ibu rumah tangga yang bekerja, tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan buruh adalah sosok ibu bagi anak-anak mereka, istri bagi suaminya, serta buruh atau pekerja yang harus mematuhi aturan yang ada di tempat kerja.


Jadi dalam kehidupannya, perempuan buruh harus mengemban tugas-tugas domestik sekaligus tugas publik. Adapun tugas domestik yang mereka kerjakan yaitu memasak, mencuci, mengurus keperluan suami dan anak, beberes, dan lain-lain. Sedangkan di tempat kerja perempuan buruh harus bekerja sesuai dengan pekerjaan yang mereka embani masing masing.


Faktor inilah yang menjadikan Perempuan buruh didesa ini memiliki peran yang banyak atau peran ganda (double burden) dalam kehidupannya dengan resiliensi yang mereka miliki memberikan dampak pada pendapatan ekonomi keluarganya menjadi bertambah atau tercukupi selama masa pandemi berlangsung.

 

DAMPAK YANG TIMBUL AKIBAT DOUBLE BURDEN YANG DIALAMI PEREMPUAN


Berdasarkan hasil observasi yang terjadi dari uraian diatas, double burden pada perempuan di desa ini selama masa pandemi menimbulkan dampak sebagai berikut :


a. Dampak Positive


1. Menambah penghasilan rumah tangga

Tujuan dari perempuan buruh harian bekerja di dapur arang dan bertani adalah untuk memperoleh gaji yang dapat digunakan untuk menambah penghasilan dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehingga dapat meringankan beban suami di masa pandemi.Jadi gaji yang mereka peroleh tergantung dari berapa banyak jumlah pekerjaan yang mereka kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan juga ikut berperan dalam menambah pendapatan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.


2. Meningkatkan kemitra-sejajaran Antara istri dan suami dalam keluarga.

Dengan bekerjanya ibu rumah tangga di luar rumah berarti mereka juga mampu berkecimpung dalam dunia pekerjaan. Seperti halnya suami mereka yang berperan sebagai pencari nafkah utama. Ini menunjukkan adanya kemitra-sejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Perempuan tidak hanya berperan dalam urusan rumah tangga saja, tetapi juga dalam urusan mencari nafkah.


3. Terjaganya keharmonisan dalam keluarga

Ketika Keluarga yang sedang berjuang menghadapi ragam tantangan selama pandemi, peran double burden ini menjadikan nilai tambahan bagi diri seorang perempuan jika ia mampu melakukan pekerjaan sampingan dengan bekerja untuk keluarganya.karena dengan membantu suaminya dalam meringankan beban keluarga, maka demi terciptalah keluarga yang harmonis.


4. Terbentuknya kemandirian jika suami sudah tiada

jika perempuan sudah terbiasa mengembani kemaslahatan yang terjadi dengan menjadikan double burden sebagai salah satu sifat yang signitif dalam perekonomian keluarga, maka perempuan / Inong Balee tersebut tidak terkejud lagi jika sewaktu waktu hal ini menimpa padanya. Karena dengan resiliensi yang ia miliki sebelumnya dapat menjadikan ketahanan perekonomian sebagai pedoman dalam menjalankan keberlangsungan hidup tanpa mengharap dari orang lain.

 

b. Dampak Negative


1. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga menjadi terbatas

Waktu berkumpul dengan keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk membangun keharmonisan dalam keluarga. Namun, karena keadaan ekonomi perempuan buruh harian yang mengharuskan mereka bekerja, membuat waktunya tersita di tempat bekerja. Sehingga untuk membangun sebuah keharmonisan dalam keluarga menjadi cukup sulit.


2. Adanya beban kerja ganda yang harus ditanggung perempuan buruh harian Banyaknya tanggung jawab yang harus dijalankan oleh perempuan yang sudah berkeluarga membuat mereka memiliki beban kerja ganda. Perempuan buruh harus mengurus rumah sekaligus mengurus urusan di luar rumah (tempat bekerja).


3. Memicu strees pada perempuan

Beban ganda membuat perempuan menjadi pihak yang harus mengarahkan banyak energy dan waktu, dan pada titik tertentu memicu, beban ganda tersebut dapat memicu terjadinya strees pada perempuan. Karena ia harus memenuhi tanggung jawabnya ditempat kerja, dan memenuhi konstruksi sosialnya sebagai ibu rumah tangga atau Inong Balee.


4. Timbulnya cemoohan dan pandangan yang tidak menyenangkan dari masyarakat Dengan bekerja perempuan buruh harian

Adanya cemoohan atas pekerjaan yang mereka lakukan serta pandangan yang tidak menyenangkan. Mulai dari cemoohan terhadap pekerjaan yang dilakoni, pembicaraan yang tidak enak didengar mengenai dirinya, dan hal lain yang membuat perempuan buruh harian semakin merasakan beban akibat dari keadaan kehidupannya sebagai perempuan pekerja.


Dengan adanya dampak yang terdapat pada double burden perempuan selama masa pandemi, menjadikan resiliensi bagi kalangan masayarakat bawah terutama bagi perempuan untuk selalu menjaga kerentanan perekonomian keluarga dengan mengutamakan kemashlahatan demi terciptanya perekonomian yang memadai dan tercukupi bagi keluarganya.


Stay safe and stay healthy everyone 

Peserta KPM-Termin ll, IAIN LANGSA 2021


Penulis : Badratun Navis

Mahasiswi Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.