Zawiyah News | Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.
Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan, angka stunting di Indonesia saat ini mencapai 30,8 % anak di Indonesia mengalami stunting, dari peroleh tersebut Aceh turut menyumbang angka stunting dengan menduduki peringkat ke 3 sebagai provinsi yang banyak mengalami stunting. Salah satu Gampong yang memiliki jumlah anak Stunting terbanyak di Langsa Timur ialah Gampong Sungai Lueng.
Setelah Survei di lakukan di gampong ini, ternyata hal yang menyebabkan banyak anak yang menderita Stunting ialah karena kurangnya asupan gizi yang cukup. Penyebabnya, adalah karena sang ibu kurang memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak, oleh sebab itu dibentuklah Rumah Pangan Lestari atau Pekarangan Pangan Lestari pada tahun 2019, ujar Ketua P2L, Himayati S. Ag.
Kegiatan P2L dilaksanakan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga dan mendukung program pemerintah penanganan lokasi prioritas intervensi penurunan stunting. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.Upaya untuk menanggulangi masalah gizi tersebut dilakukan melalui peningkatan penyediaan pangan dan meningkatan kemampuan masyarakat mengakses kebutuhan pangan.Mengingat makin terbatasnya lahan pertanian, maka optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan penyediaan pangan rumah tangga. Indonesia memiliki potensi lahan pekarangan yang sangat besar, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penyedia sumber pangan yang bergizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berdasarkan potensi tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen dalam penyediaan pangan salah satunya dilakukan dengan pendekatan diversifikasi pangan lokal melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan marginal melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan P2L merupakan upaya untuk meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang beragam.
" Jadi Program Pekarangan Pangan Lestari merupakan hasil dari Perkembangan Program Pengengembangan sebelumnya dan bentuk upaya dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk daerah daerah penanganan rawan stunting dan daerah prioritas rawan pangan. Pekarangan Pangan Lestari dilaksanakan dan diselenggarakan oleh kelompok dengan prinsip mampu mewujudkan ketersediaan pangan, keanekaragaman pangan rumah tangga, meningkatkan pendapatan keluarga serta mendukung upaya pemerintah dalam penanganan daerah prioritas Stunting," sambung Himayati.
"Program ini kami kembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga serta terjadinya stunting, kami mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan dengan menanam aneka tanaman, seperti sayur-sayuran maupun buah-buahan, seperti ini kan bisa menjaga kebutuhan pangan keluarga. Kita tinggal petik sayur-sayuran darin pekarangan, " Ujar Himayati.
"Untuk syarat mendapatkan Program ini haruslah ada kelompok, dalam Kelompok ini terdiri dari 30 anggota yang dikhususkan untuk ibu ibu. Yang diketuai oleh saya sendiri," sambung Himayati.
Rumah Pangan Lestari ini sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan di Gampong Sungai Lueng, sehingga dengan teewujudnya Rumah Pangan Lestari ini menyebabkan berkurangnya anak stunting.
Penulis : Lisa Marzelia, Ramayani, Silvica Win Julita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar